“Berbuat baiklah tanpa harus ada
alasan apa yang akan engkau dapatkan
setelahnya, tetapi engkau melakukannya karena memang engkau orang baik yang
selalu ingin berbuat baik”
@ust.
Raden
Setiap
kita selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, berbagai upaya dan usaha
kita lakukan untuk menunjukkan kalau kita adalah orang baik dan mecintai
kebaikan. Namun seringkali pula apa yang kita sangka-kan kebaikan itu tidak
mendapat respon dari orang disekitar kita, bahkan tidak sedikit yang mencela
dan menghinakannya.
Apa
yang salah??
Kebaikan
adalah mutiara, ia adalah berlian dan emas murni, yang takkan berubah nilainya,
substansinya dan seluruh keadaannya, walau ia diletakkan dalam tanah berlumpur
sekalipun, karena kebaikan adalah kebenaran yang absolut, ada atau tidak ada
campur tangan manusia di dalam melakukannya.
Yang
menjadi titik tolak adalah kita manusia sering mengharapkan “pantulan” dari
kebaikan yang kita lakukan, sehingga ketika kita melihat wajah kita dicermin
kehidupan, lalu kita terkagetkan, kenapa wajah kita tak seperti yang kita
harapkan, kenapa wajah kita menakutkan, lalu kita mulai gelisah.
Ada
istilah “ wajah rusak cermin dibelah”, sesungguhnya apa yang rusak
bukanlah sesuatu yang ada diluar sana, tetapi niat kitalah yang rusak. Ketika kita melakukan kebaikan,
kita mengharapkan begitu banyak pujian dari mahluk, sadar atau tidak kita
menunggu hal tersebut, sehingga ketika hal itu kita tidak dapatkan kita akan
mengatakan “ air susu dibalas air tuba”.
Sikap
dan sifat yang sedemikian itu tidak akan berlaku bagi orang yang memahami
hakikat kebaikan, karena menjadi pribadi yang baik bukanlah karena penilaian manusia, tetapi oleh sang pemberi
kesempatan kita dalam berbuat baik itu sendiri, Allah SWT.
Jika
nilai kebaikan diukur dari pendapat manusia, maka si perampok yang membagi
hasil kejahatannya secara adil kepada anak buahnya, pastilah tergolong orang
yang berbuat baik. Dan akan banyak opini opini kebaikan yang bisa di creat oleh
manusia untuk mendapatkan stempel kebaikan.
Itu
kenapa ketika Rosulullah SAW ditanya tentang hakikat Kebaikan “ Ihsan” Rosulullah SAW menjawab “ Engkau beribadah
seolah melihat Allah atau engkau merasa diawasi oleh-Nya”
Jelas
bahwa kebaikan adalah satu sikap dan nilai kehidupan yang bermuara dari
“ma’rifat akan Allah SWT, bukan dari penilaian manusia, karena boleh jadi apa
yang kita lakukan berupa amal yang salih
atau tindakan kebajikan, akan dilihat oleh orang lain sebagai sebuah hal yang
merugikan kehidupan mereka.
Kebaikan
adalah satu sikap dimana kita lakukan karena Allah, bersama Allah dan untuk
Allah. Tak bangga akan pujian dan tak lekang karena hinaan, karena kebaikan
adalah kebaikan, dan takkan berubah karena subjektifitas pandangan manusia,
hanya untuk Allah.
ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ
وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ وَٱللَّهُ
يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(Q.S.
Ali Imron : 134)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar